Sekilas Sejarah dan Makna Baju Bodo serta Songkok Recca Asli Bugis
Sejarah dan Makna Baju Bodo serta Songkok Recca Asli Bugis - Sahabat PenemuanTerbaru.com, kali ini kami akan berbagi ulasan seputar Sejarah dan Makna Baju Bodo serta Songkok Recca Asli Bugis yang telah kami rangkum dari berbagai sumber yang relevan khusus bagi sahabat.
Ketika mendengar kata “baju bodo dan songkok recca”, tentunya tidak terlepas dari salah satu suku yang ada di daerah Provinsi Sulawesi Selatan yaitu Suku Bugis (Buginese). Keduanya merupakan pakaian khas masyarakat Sulawesi Selatan. Beberapa daerah yang menjadi daerah yang banyak menggunakan pakaian tradisional ini yaitu di kabupaten Bone, Wajo, Soppeng, dan beberapa daerah lainnya yang dominan bersuku bugis asli.
Sejarah dan Makna Baju Bodo serta Songkok Recca Asli Bugis |
Baca Juga:
- Tari Tradisional Bugis Pa’Raga atau Sepak Raga.
- Kesederhanaan Masjid Agung Ummul Qura Kab. Wajo Kota Sengkang Sul-Sel.
Sejarah dan Makna Baju Bodo serta Songkok Recca Asli Bugis
Nach bagi sahabat yang ingin mengetahui kilasan mengenai sejarah dan makna baju bodo serta songkok recca asli bugis tersebut, berikut ulasannya:
Sejarah dan Makna Baju Bodo
Baju Bodo merupakan pakaian tradisional perempuan bugis yang juga dikenali sebagai salah satu busana tertua di dunia. Dimana menurut sumber yang kami peroleh bahwa baju bodo telah dikenal oleh James Brooke (yang kemudian diangkat sultan Brunei menjadi raja Sarawak) tahun 1840 saat dia mengunjungi istana Bone.
Sejarah
Menurut Sejarah, ilmu tekstil yang telah dikenal sejak zaman batu muda oleh nenek moyang membuat baju bodo begitu nyaman dikenakan. Baju ini sengaja dibuat dari bahan kain muslin (kasa). Kain ini adalah kain hasil pintalan kapas yang dijalin bersama benang katun. Rongga dan kerapatan benang yang cukup renggang, menjadikan kain ini sejuk dikenakan sehingga cocok dipakai di iklim tropis Sulawesi Selatan.
Sebagian masyarakat bugis menyebut juga baju bodo dengan nama bodo gesung. Alasannya adalah karena pakaian ini memiliki gelembung di bagian punggungnya. Gelembung tersebut muncul akibat baju bodo dikenakan dengan ikatan yang lebih tinggi.
Baju bodo merupakan baju tanpa lengan. Jahitan hanya digunakan untuk menyatukan sisi kanan dan kiri kain, sementara pada bagian bahu dibiarkan polos tanpa jahitan. Bagian atas baju bodo digunting atau dilubangi sebagai tempat masuknya leher. Lubang leher ini pun dibuat tanpa jahitan. Sebagai bawahan, sarung dengan motif kotak-kotak akan dikenakan dengan cara digulung atau dipegangi menggunakan tangan kiri.
Dan seiring dengan perkembangan zaman, kini kaum perempuan pemakainya menambahkan beragam pernik aksesoris seperti kepingan-kepingan logam, gelang, kalung, bando emas, dan cincin.
Makna
Menurut adat Bugis, setiap warna baju bodo yang dipakai oleh perempuan Bugis menunjukkan usia ataupun martabat masing-masing pemakainya. Berikut pemaknaannya:
- Jingga bermakna anak perempuan berumur 10 tahun.
- Jingga dan merah bermakna gadis berumur 10-14 tahun.
- Merah bermakna perempuan berumur 17-25 tahun.
- Putih bermakna para pembantu dan dukun.
- Hijau bermakna perempuan bangsawan.
- Ungu bermakna para janda.
Namun saat ini dalam hal penggunaan terutama di zaman modern, penggunaan warnanya tergantung dari siapa yang hendak memakainya. Dahulu pakaian ini kerap dipakai untuk acara adat seperti upacara pernikahan. Tetapi kini, baju bodo mulai direvitalisasi melalui acara lainnya seperti lomba menari atau menyambut tamu.
Sejarah dan Makna Songkok Recca
Songkok Recca merupakan jenis songkok yang terbuat dari serat pelepah daun lontar dengan cara dipukul-pukul dimana pelepah daun lontar tersebut hingga yang tersisa hanya seratnya. Serat ini biasanya berwarna putih, akan tetapi setelah dua atau tiga jam kemudian warnanya berubah menjadi kecoklat-coklatan. Untuk mengubah menjadi hitam maka serat tersebut direndam dalam lumpur selama beberapa hari.
Jadi serat yang berwarna hitam itu bukanlah karena sengaja diberi pewarna sehingga menjadi hitam. Serat tersebut ada yang halus ada yang kasar, sehingga untuk membuat songkok recca’ yang halus maka serat haluslah yang diambil dan sebaliknya serat yang kasar menghasilkan hasil yang agak kasar pula tergantung pesanan.
Untuk menganyam serat menjadi songkok menggunakan acuan yang disebut Assareng yang terbuat dari kayu nangka kemudian dibentuk sedemikian rupa sehingga menyerupai songkok. Acuan atau assareng itulah yang digunakan untuk merangkai serat hingga menjadi songkok. Ukuran Assareng tergantung dari besar kecilnya songkok yang akan dibuat.
Sejarah
Pemberian nama songkok recca ini karena bahan utamanya yang hendak di anyam sebelumnya telah dipuku-pukul dimana dalam bahasa bugis (Buginese) berarti “direcca-recca”. Menurut sejarah yang dikenal, Songkok recca (juga dikenal dengan nama songkok to Bone) muncul di masa terjadinya perang antara Bone dengan Tanah Toraja sekitar tahun 1683 silam. Pasukan Bone pada waktu itu menggunakan Songkok Recca sebagai tanda untuk membedakan pasukan Bone dengan pasukan Tanah Toraja.
Kemudian pada zaman pemerintahan Andi Mappanyukki (raja Bone ke-31), songkok recca dibuat dengan pinggiran emas (pamiring pulaweng) yang menunjukkan strata sipemakainya.
Makna
Di masa pemerintahan Andi Mappanyukki (raja Bone ke-31) itu terdapat aturan-aturan yang mengikat dan berlaku bagi siapa saja yang mengenakan Songkok Recca. Berikut pemaknaannya:
- Songkok yang dibuat dari emas murni secara keseluruhan (Para bangsawan yang memiliki kedudukan tinggi atau berkedudukan sebagai raja serta anak raja dinilai berdarah biru atau Maddara Takku, anak Mattola, dan Anak Matase).
- Songkok dengan aturan lebar emasnya hanya 3/5 dari tinggi songkok (Bagi Arung Mattola Menre dan Anak Arung Manrapi serta Anak Arung Sipuwe dan Anakarung).
- Songkok dengan lebar emas tidak lebih dari ½ tinggi songkoknya (Golongan Rajeng Malebbi, dan Rajeng Matase).
- Songkok dengan pinggiran emas (Golongan Tau Maradeka, Tau Deceng, Tau Sama).
- Golongan Ata yang sama sekali tidak didizinkan untuk mengenakan songkok.
Akan tetapi lambat laun hingga sekarang ini siapapun berhak memakainya. Bahkan beberapa kabupaten di Sulawesi memproduksi “Songkok Recca” (Songkok To Bone) ini menjadi sebuah hasil cipta, rasa, dan karsa orang Bugis.
Baju Bodo dan Songkok Recca kini menjadi warisan asli suku Bugis dan bangsa Indonesia secara umum. Namun, walaupun bagaimana berkembangnya IPTEK dan modernisasi masyarakat saat ini, penulis berharap nilai-nilai positif dari Baju Bodo dan Songkok Recca yang merupakan khas asli pakaian suku bugis janganlah dipandang sebelah mata. Mohon maaf jika ada kekurangan, demikian Sejarah dan Makna Baju Bodo serta Songkok Recca Asli Bugis, semoga bermanfaat.